Sabtu, 01 Agustus 2015

MA...


Ma..
Aku lihat kamu ma
Diatas kereta,dijalan raya,
diperkumpulan2 pemberontak
Dikeramaian pasar,
di istana raja2,
 dipangkuan rakyat jelata

Ma..
Aku mendengar suara mu,
Dipertapaan para dewa,
di halaman rumah para penguasa,
dimajlis-majlis kemanusiaan,
Suara-suara perjuanganmu,
Suara-suara perlawananmu,
Terdengar merdu

Ma..
Memikirkanmu adalah memikirkan kebenaran yang benar
Sederhana dalam berucap
Mengerti akan kehidupan dan kematian
Mengajari ilmu tentang perumpamaan semesta

Ma..
Kenapa kamu bersedih
Apa karena anakmu kelaparan
Atau karena mereka mengambil sawah mu
Bicaralah ma.
Jangan buat semesta ini membisu karena kamu tidak bicara
Biarpun hanya sekedar dengan bahasa sederhana
Tapi dialah kebenaran ma
Kebenaran yg Akan bermuara pada waktunya

Ma..
Aku mengerti kamu pemberani
Kamu tidak gampang sakit
Cacar-cacar dikakimu yang berdarah
Keringat-keringat kesucianmu
Tapi kamu guru dalam semua kebenaran

Ma..
Aku melihat hari ini wajahmu pucat
Kamu memanggil-manggil nama mereka
Yang aku juga tidak tahu siapa yg kamu panggil
Mungkin karena kamu sudah bosan memanggil yg kamu kenal
 tapi tidak mendengar
menutup mata dan seakan tak peduli

ma..
aku mengerti akan kebesaranmu,
ratu bilqis yang merayu sulaiman,
cleopatra dengan kecantikannya,
ratu sima dengan kebijaksanaanya,
siti mariam dengan kesuciaannya
dewi durga dan kamu dengan kesederhanaan mu

Ma..
Aku masih ingat saat kamu berkata
Hidup adalah bukan tentang kemenangan,
Bukan tentang hasil atau untung rugi
Akan tetapi
Hidup adalah tentang keharusan untuk berbuat
Berbuat untuk diri sendiri,
Untuk mereka, bangsa dan negara

Ma..
Mereka mempertanyakan kata-katamu
Mereka mengira kamu pembohong ma
Dan suka mengarang cerita
Aku marah, aku gemetar, aku takut
Mereka menertawakan keseriusan
Dan memakimu

Ma.
Pemberontakanku memuncak
Semua keadaan tidak bisa diajak diskusi
Bercerita hanya sekedar basa-basi
Bertengkaran terjadi tampa persoalan
Mengundang  4 ekor srigala yg terkurung
berteriak dan memecahkan caklawala

Ma..
Aku melihat kamu tidak pernah plang kerumah
Mengolah kehidupan sampai larut malam
Kakimu kepanasan berjalan diatas aspal penguasa
Duri-duri kecil menggeliti
Napasmu yang tak teratur
Bercucurlah aroma perjuanganmu di bajumu

Ma..
Aku percaya kamu mengenggam siang dan malam
Purnama ditangan kananmu
Matahari ditangan kirimu
Mahkota-mahkota dan pujangga-pujangga tunnduk padamu
Pada kesederhanaanmu dlm kehidupan

Ma..
Aku tidak mengerti banyak tentangmu
Kamu tidak cantik tapi jelita
Kamu banggsa menjadi dirimu sendiri
suka akan kehidupan
Kamu tidak mudah marah
Dan Serius dalam berjuang

Ma..
Aku tidak banyak tau tetang mu
Yang jelas dari rahimmu semua mimpi berawal
Tentang perjuangan
Perlawanan
Dan pengorbanan.

Aku sudahi dulu ya ma
Hanya ini yang aku tau tentangmu
Tentang kesederhanaanmu
Dan juga makna mu

Rabu,04/03/2015

Pertanyaan Perlawanan



Rentetan waktu yang kian menghimpit,
Garis kehidupan terus berjalan wajar,
Kematian mengawasiku dari setiap sudut kehidupan,
Terkadang gelisah juga tak menghiraukan,
Tapi segumpal daging itu slalu menjadi teman,
Disetiap perjalan yang dimkasud.

Dapur belakang rumah masih gelap,
Aku harus membuatnya terang,
Karena disitulah semua kehidupan diajarkan oleh ibu,
Bagaimana menjadi manusia yang semestinya,
Bagaimana tentang kehidupan,
Bagaimana tentang kematian,
Dan bagaimana tentang cinta.

Para tetangga mengeluhkan tentang keresahan hidup,
Hanya beberapa dari setiap pertayaan yang muncul,
Dari semua keresahan yang tercipta,
Para bangsawan juga mengeluhkan tentang hidup,
Meskipun berbaju permata,
Para petani juga mengeluhkan tentang hidup,
Begitu juga dengan anak jalanan

Dan ternyata,
semuanya tak selesai disebatang rokok dan secangkir kopi,
kehidupan terlalu berlebihan terhadap mereka,
bagaimana mungkin kita akan merdeka,
kalau mereka masih tidur dibawah jembatan,
jangan bicara soal keadilan,
karena keadilan iu tabu dan membingungkan,
mari bicara tentang kemanusiaan,
Ternyata kita mengabiskan kopi kau hanya terdiam,
Bagaimana mana mungkin jawaban itu ada,
Kalau kau menutup telinga dan hatimu.

Gubuk ini menjadi saksi,
Kita berdua menertawakan suatu keadaan,
Meski terkadang menangisi kehidupan juga,
Kau hisap dalam-dalam rokokmu,
Dan kau bertanya pada keadaan,
Apakah semua beralasan,
Dan kenapa kita menangisi hidup,
Ternyata semua masih sama tidak terselesaikan,
Rokok dan kopi pun tak mampu.

Aku memandangmu dengan mata yang tajam,
Masih terlihat jelas kerumitan di wajahmu,
Meski asap kehidupan menempel tebal di keningmu,
Kau masih bertanyaan atas keresahan ini,
Bukan saja kita yang bertanya,
Rokok dan kopi pun ikut bertanya,
Bagaimana mungkin tidak,
Kenyataan ini terlalu drama,
Memaksa para aktor berpesta tampa analisa,
Berpose dan telanjang di setiap keadaan.

Ayolah kita sudahi dulu malam ini,
Besok kita sambung lagi,
Karena terkadang hukum akan hidup dan juga mati,
Begitu juga keadilan,
Dan pasti kita akan terus bertanya,
Meskipun berbenturan dengan baja para bangsawan.


Engkau


Dipergantian siang dan malam Engkau memanggil ku,
Entah dalam suka maupun duka,
Meskipun kebingungan melanda,
Kau tetap menjadi alasan semuanya berawal,
Engkau yang gemar membaca,
gemar menganalisa,
dan gemar membaca puisi,
Perkataan-mu adalah kerumitan bagi nalarku,
tapi sebenanrnya itu kehidupan.

Aku bisa terlelap dengan ribuan anggur di atas meja,
Tapi aku akan slalu terjaga ketika mengingat-Mu,
Engkau lebih besar dari pada diriku,
Lebih mengerti tentang aku daripada diriku,
Memahami apa yang ku mau daripada inginku,
Mencintaiku lebih dari cintaku,
Engkau adalah jawaban dalam pertanyaan.

Meski aku lupa akan semesta ini,
Tapi Bagaimana mungkin aku tak ingat,
Kau yang mengajariku bagaimana menaiki perahu,
Bernyanyi tentang kehidupan dan kematian,
Mengajariku tentang pertanyaan-pertanyaan,
Mengajariku tentang penjaga surga yang ramah,
Penjaga neraka yang murka,
Tentang para pandawa kehidupan,
Tentang Semesta yang bijak,
Tentang para penjaga alam batin yang patuh.

Buah surga mungkin bisa mengajakku menghilangkan duka,

para wanita-Mu bisa saja menjaga duniaku,
titipan-Mu bisa menjadi alasan Engkau ada,
tapi apakah ada yang lebih baik dari mengingat-Mu.?
Pertanyaanku membenturkan perputaran bumi dan langit.
Bagiku,
Meski bulan dan bintang dalam pangkuanku,
Engkau tetap menjadi awal dan akhir pencarian.

Begitulah,
Keherananku menjadi tatkala kau menyapaku dijalan raya,
Kau memanggilku pulang karena aku lupa bawah baju,
Meski terkadang robek dan rusak oleh ku,
Tapi baju-Mu bagaikan perisai tempur para ksatria.
Jaga dan akan ku jaga,
Setidaknya tak ku izinkan semut mengambilnya,
meskipun srigala mampu merebutnya kelak.

Aku bisa apa,
Hanya ini yang bisa ku perbuat,
Mengenang-Mu lewat sajak,
Memanggil-Mu lewat syair,

Memujamu lewat cinta.

Sajak Surga



Bagiku kau bukanlah sebuah balasan,
Yang harus berlomba memaknai mu,
Ketika kau datang menjadi janji,
Memaksa ketaatan menjelma menjadi palsu,
Karena kebenaran hanya sebagai balasan,
Bukan sebagai kepastian dan kehormatan,

Kau sangat sederhana sebenarnya,
Tidak rumit,
Tidak juga megah dan indah,
Semua hanya perumpamaan belaka,
Bagaiku surga itu ketika kau mengajak ku bercerita,
Tentang kehidupan dan juga kematian,
Tersenyum sambil mengabiskan secangkir kopi,

Itulah surga.

KEBENARAN


Penerawanganku akan wajar ketika menatap-Mu,
Kembali menjadi nyata tatkala Kau berkata,
Dunia adalah nestapa,
Tempat dimana air mata dan derita berpesta,
Dimana langit dan bumi bercumbu,
Tertawa dan beranak.

Memaknai-Mu menjadi hak nurani ku,
Meskipun sampai dipertigaan samudra,
Engkau tetap satu dalam pertapaan-Ku,
Bukan karena kewajiban yang kumaksud,
Ataupun karena harapan,
Akan tetapi,
Karena kodrat akan keharusan yang wajar.

Ini tentang kanyataan yang nyata,
Yang berbaring lama dalam kelopak surga,
tak pernah dijamak oleh nurani,
dan menjadi bisu dan kaku,
Dia adalah kebenaran yang benar,

Berbagi maksud dari perkataan langit,
Memaksa sang penakluk untuk bersajak,
Biarpun sederhana terlihat,
Tapi dia menjadi kenyataan dari setiap perkataan,
Menjadi ibu dari setiap kelahiran,
Dan menjadi awal dalam setiap kejadian.

Aku tidak menolak setiap kedatangan-Nya,
Karena dia adalah hakikat dari maknaku,
Biarkan dia menyapa,
Karena Dia tidak menjauh dan tidak pergi,
Aku hanya membukanya dengan sujud.
Dan berkata ini kebenaran.

Dia tidak memaksa ku,
Berada dalam sadar ataupun tertidur,
Dia bukanlah majikan yang menjadikanku budak,
Tapi ini adalah laksana “aku kelaparan dan aku akan makan”
Begitu aku dengan-Nya,
Tidak banyak yang kutau,
Dan hanya rasa yang memaksaku berkata,
Bahwa inilah kebenaran.


Senin, 22 Juni 2015

sajak kesunyian malam

Sajak kesunyian malam

Malam adalah firman yang mengugurkan nestapa
Ketika aq menemuimu dalam keheningan
Ditepi laut aq berdiskusi dengan desiran ombak
Memikirkan tentangmu dan memikirkan tentangku
Memikirkan tentangmu yg menjamur dalam naluriku
bagaikan jiwaku yang mabuk ketika memaknaimu dalam galaknya angin malam,

Duduk bersilah dengan jiwaku yang hampa
memasuki alunan semesta yang tertiup bersama angin.
Memikirkan tentang aku yang bertuan kepada sepi
Memikirkan tentang rasa yang memainkan logikaku
Tentang cakrawala wajahmu yang mulai disapu gelombang malam

Aku yang bertanya
Pada kesendirianku malam ini
Pada teriakan ombak yang menampar naluriku
Pada pundak kesunyian yang mencekal batinku
Apakah kamu adalah pertanyaan yang tak mempunyai jawaban dalam hidupku.?

Wahai desiran angin kesunyian
Sampaikanlah berita tentang rasaku yang semakin menjadi
Sampaikanlah kepada semesta
Tentang sang aku yang dihujam pertanyaan
Sampaikan pula tentang teka teki dirinya yang tak terjawab

Sambil menyelami rinduku bersama malam
Kesendirianku menjelma menjadi sabda untuk diriku
Menjadi sabda untuk rasaku
Bahwa kamu tetap sebagai pertanyaan yang hampa
Kamu tetap sebagai mesteri yang tak mampu kuselami
Dan aku tetap sebagai sepi yang mabuk dalam kesepian
Tetap sebagai pertanyaan yang bertanya

Berlalulah Wahai kau sang rindu
Berlalulah bersama pertanyaan pertanyaanku
Dan seketika aku akan terbangun menemui wajahku esok pagi
tanpa senyummu
dan tanpa pertanyaan pertanyaanku tentangmu.

Wassalam
Paris 03:30.
11-05-15

Bimaku

Bimaku..

Surga dimana kamu akan menemukan tariannya para dewa
Menyapamu dengan kata-kata para sufi
Lewat babat yg disampaikan oleh guru kepada muridnya ketika mendiskusikan tentang hakikat kehidupan
Aku mungkin bisa melupakan bagaimana esensi diriku
Melupakan setiap kata yang aku ucap
Dan setiap ruang yg aku cumbui bersamamu
Tapi memaknaimu menjadi jawaban dari setiap pencarianku akan kebenaran

Bimaku yg perkasa
Kamu bisu dan lugu memang
Tapi kamu menjadi jalan bagi para pengembara
Menjadi ruang dan waktu dlm pertapaanku akan hidup
Bagaimana mungkin mereka menganggapmu murid
Kalau sebenarnya kamu adalah guru ketika aku maknaimu
Kamu bertahta sebagai kaisar ketika aku bersujud.
Begitulah kamu yg aku simpan sebagai katalog pribadiku
agar kamu menjadi kebenaran dlm bijakanku terhadap keadaan.

Bimaku syurganya para pengembara.

sahadat penyatuan.

ahadat penyatuan

Kami bukanlah sesuatu yang istimewa
Seperti Yang dikisahkan para leluhur dalam bab kejadian
Kamu juga bukanlah sesuatu yang sederhana
Tapi setidaknya kami adalah makna dari kesempurnaan
Karena dia bisa dalam keberadaannya menjadi ada dan tiada

Luka adalah sajak bagi jiwa ketika kamu kesepian
Dan bahagia adalah syair bagi sukma ketika kamu ingat
Aku mencari-Mu sampai dirumah buyungku dimasa lalu
Mencari aku yang kesepian akan makna
Menemukan aku yang kesepian akan diriku

Kami hanya generasi yang kaku
Yang hanya menyakini ketidakpastian
Sadangkan ibrahim
Berapa langkah yang ditempuh
Ketika Kamu mengajarinya akan hakikat
Padahal Kamu ada bahkan dalam ketiadaan

Kami tidak mengerti akan semboyang kebaikan
Yang bergantung di dedauan
Yang jatuh bersama hujan
Yang dipasang di iklan-iklan kehidupan
Yang diatasnamakan oleh kebaikan maupun keburukan

Aku tidak mengerti akan perbedaan
Tapi kami menyakini dia kebenaran
Ketika siang yang digantikan oleh malam
Dan ketika mereka tidak menyalahkan satu sama lain

Bahasa semesta adalah bahasa makrifat
Dia hanya bisa dibaca oleh cinta yang memiliki cinta
Oleh akal yang memiliki akal
Dan Oleh jiwa yang meiliki jiwa
Aku yang begitu sangat kerdil
Melihat bahasa dari setiap kejadian
Yang dikatakan oleh daun ketika dihembus oleh angin
Yang dikatakn oleh tanah ketika daun jatuh menyapanya
Yang dikatakan oleh ombak ketika di bernyanyi
Yang dikatakan oleh kematian ketika dia dalam kehidupan
Dan dikatakannya kepada ciptaan ketika dia mencipta
Menyatulah dengan cipta-Mu

Karena makna itu ada dalam makna cipta-Nya
Ketika bintang bercahaya tampa siang dan malam
Begitu kebingungan akal menerima
Karena perputaran hanya ilusi dalam kemungkinan-kemungkian
Sedangkan penciptaan adalah kemungkinan yang pasti
Pasti dengan kepastian
Dan berakhir dengan pasti pula

Akan aku tutup dengan keraguan yang sebenarnya
Tantang perlunya sebuah pencarian
Yang akan berakhir dengan kebenaran
Aku bersaksi bahwa aku adalah keburukan
Aku juga bersaksi bahwa aku adalah kebaikan
Sedangkan kebaikan dan keburukan adalah kesempurnaan
…….22:17 09/04/15…..

Ma...

Ma.
Bagaimana keadaan gubuk makna Mu?
Apakah dia masih rapi seperti waktu itu?
Apakah Kamu ingin mengeluhkan tentang sesuatu ma?
Ceritalah,
Burung gagak yg kau pelihara dulu
Yg kau ajarkan tentang hidup yg hidup
Kini Liar dan tak tau pulang
Memenjarakan hidupnya seperti yg diajarkan pengetahuan
Bagaikan perahu tampa arah mata angin
Memasuki sudut-sudut kehidupan karena ingin terlihat berkuasa
Ingin Terlihat bagai ksartia yg gugup dlm hal percintaan
Namun sebanarnya Dia lelah ma..
Ceritalah,
Jangan takut karena usia mengalahkan semangatmu
Karena Kamu tetap anggun bahkan seribu tahun lagi
Kamu bukan cleopatra
Atau dewi durga
Tapi Kecantikanmu menjadi lagu bagi semesta
Menjadi kata yg dirangkaikan oleh para pujangga.
Apakah kamu takut mereka menertawakan gubuk mu?
Karena burung gagakmu sudah liar dan hina
Tapi Ingatlah ma,
Aku mungkin bisa lupa terhadap diriku sendiri
Tapi bagaimana mungkin aku lupa tentang wajahmu yg cantik.
Iya ma,
bagaimana mungkin,
Bagaimana mungkin aku malu mengingatmu
Bagaimana mungkin pula kata-katamu kalah pada kicauan para penyair
Karena sesungguhnya,
Meskipun setiap atom dalam hidupku terangkai menjadi sabda,
Kamu tetap istimewa dan tak terduga,
kamu tetap ibu bagi semesta.
Kamu tidak sendirian ma,
Bicaralah tentang sesuatu,
Biarkan setiap keringatmu berfirman,
bahasamu adalah bahasa syurga
para ksatria langit berguru padamu
Karena kamu adlh ibu bagi setiap zaman
Dan ibu bagi syair-syairku.
Apa yg kamu takutkan,
Bicaralah ma
meskipun itu tentang duka mu,
aku khawatir kamu bersedih
karena kesedihanmu adalah derita bagi setiap ciptaan
Aku akhiri ya ma,
yg jelas sajak ini tdk bisa mewakili makna mu, tapi saja ini sudah hidup
Umurnya akan lebih panjanh dari umurku
dan kamu telah hidup dalam syair-syairku.. wassalam.
03/05/15 ( sudut sukma )

Ma...

Ma.
Bagaimana keadaan gubuk makna Mu?
Apakah dia masih rapi seperti waktu itu?
Apakah Kamu ingin mengeluhkan tentang sesuatu ma?
Ceritalah,
Burung gagak yg kau pelihara dulu
Yg kau ajarkan tentang hidup yg hidup
Kini Liar dan tak tau pulang
Memenjarakan hidupnya seperti yg diajarkan pengetahuan
Bagaikan perahu tampa arah mata angin
Memasuki sudut-sudut kehidupan karena ingin terlihat berkuasa
Ingin Terlihat bagai ksartia yg gugup dlm hal percintaan
Namun sebanarnya Dia lelah ma..
Ceritalah,
Jangan takut karena usia mengalahkan semangatmu
Karena Kamu tetap anggun bahkan seribu tahun lagi
Kamu bukan cleopatra
Atau dewi durga
Tapi Kecantikanmu menjadi lagu bagi semesta
Menjadi kata yg dirangkaikan oleh para pujangga.
Apakah kamu takut mereka menertawakan gubuk mu?
Karena burung gagakmu sudah liar dan hina
Tapi Ingatlah ma,
Aku mungkin bisa lupa terhadap diriku sendiri
Tapi bagaimana mungkin aku lupa tentang wajahmu yg cantik.
Iya ma,
bagaimana mungkin,
Bagaimana mungkin aku malu mengingatmu
Bagaimana mungkin pula kata-katamu kalah pada kicauan para penyair
Karena sesungguhnya,
Meskipun setiap atom dalam hidupku terangkai menjadi sabda,
Kamu tetap istimewa dan tak terduga,
kamu tetap ibu bagi semesta.
Kamu tidak sendirian ma,
Bicaralah tentang sesuatu,
Biarkan setiap keringatmu berfirman,
bahasamu adalah bahasa syurga
para ksatria langit berguru padamu
Karena kamu adlh ibu bagi setiap zaman
Dan ibu bagi syair-syairku.
Apa yg kamu takutkan,
Bicaralah ma
meskipun itu tentang duka mu,
aku khawatir kamu bersedih
karena kesedihanmu adalah derita bagi setiap ciptaan
Aku akhiri ya ma,
yg jelas sajak ini tdk bisa mewakili makna mu, tapi saja ini sudah hidup
Umurnya akan lebih panjanh dari umurku
dan kamu telah hidup dalam syair-syairku.. wassalam.
03/05/15 ( sudut sukma )

Minggu, 15 Februari 2015

Orang Tua di Dalam Asta

Aku adalah orang tua renta,
Yang ditertawakan Zaman
Bau tanah yg menempel di tubuhku,
Membuat kalian malu dan menertawakanku


Aku adlh orang2 dlm perjalanan
Hingga sampai dihadapan para wali Tuhan
Aku Mengangkt kedua tanganku
Krn hanya ini yg kubisa,
Jika Aku berteriak pasti mereka menghinaku
Aku hnya bisa berkata dan menesteskan air mata
“Negeri ini sedang berduka dan pemuda adlh jawaban”

Sajak yang terputus.

Aku malu mengatakan diriku seniman,
karena setiap tangan, kaki, mulut, telinga, dan hatiku bermakna pada kemungkaran dan kemunafikan.
Aku malu mengatakan diriku penyair,
karena setiap sajak yg aku tulis hanyalah tentang amarah dan dendam.
Aku malu mengatakan diri adalah Aku,
Karena setiap bukti yang terlihat adalah mereka.
 

Aku malu untuk bernafas,
Karena hanya asap2 penindasan yang terhembus,
Aku malu terhadap makna ku,
Karena semua masih tertutup dengan kegelapan.

Aku malu mengatakan perlawanan,
karena hasratku adalah hasrat penguasa,
aku malu untuk merubah,
karena teriakanku adalah kebohongan,

aku malu melarang mereka bertengkar,
karena diriku saja masih bertengkar dengan amarah.
Aku malu terhadap yg ku tahu,
karena yang ku tahu itu hanyalah untuk menindas.
aku malu untuk menyampaikannya,
karena yg ku sampaikan masih bernilai ganti rugi semata.
Pertapaan sukma di senja kehidupan.
perjalan ke timur 260115." Buku perjalan hlm 20".

Sajak secangkir kopi dan sebatang rokok.

Kau telah mengajariku bagaimana bersyukur dikala pagi datang,
Mengajariku bagaimana ber-Tuhan,
Bagaimana berjuang,
Bagaimana kesetiaan dan cinta,


Kau ku hisap lagi
Dan kebebasan terhembus perlahan bersatu dgn rintik embun ini,
Keyakinan ku memuncak,
Saat wajah mu yg jelita bermuara dlm gelas kopiku,
Kau berdandan ala putri mahkota,
Membuat kopiku bagaikan sajak di semesta kehidupan

aku memandangmu dan kau juga menebar senyum kepadaku,
ahh.. parasmu yg membuat setiap senja dihidupku tak pernah redup,
Kesederhaanmu bagaikan purnama yg tergantung dibusur kapalaku,
Bagaimana mungkin aku bisa beranjak.

Kau yg sering kupanggil tapi malu2,
Tersenyum dibalik asap yg ku hembus,
Kau tertanam bagaikan janji langit kepada manusia,
Tentang penyatuan yg mutlak

Bila semua keadaan tidak lagi menjadi imam hidup,
Mereka tidak lagi memanggilmu dengan nurani,
Pertapaan2 berbuah kerdil dan rakus,
Kutuklah aku wahai semesta,
Kutuklah menjadi ksatria,
Biar gunung dan laut percaya bahwa kita memang layak.

Sekitat jam 7.00
Kau ku minum lagi,
Sembari menerawang tentang auramu yg mempesona,
Aku malu,

Karena aku tidak bisa pergi dan menjauh
Bagiku kau tidak hanya sebatas kawan hidup,
bukan sekedar teman untuk diajak bercanda dan serius,
Tapi kau guru dalam setiap perjuanganku,
Begitu juga dengan dirimu.
1-2-15 (altar pembebasan).

hanya malamyg benar2 mampu

Hanya malam yg benar2 mampu,
Bukan sebait sajak para dewa
ataupun sebuah janji yg kuberikan,
Bukan mawar ataupun melati
Akan tetapi sebuah hidup yang hidup,
Sebuah makna akan kebenaran.

Jangan mempercepat laju waktu,
jangan pula memperlambatnya
Bersabarlah dlm pangkuan penantian,
Karena kami pasti pulang,
Dan mengajakmu bercanda dlm surgaku.
Setidaknya kira2 begitu.
Antara kehidupan dan kematian.

Tentang Anak Rasa.


burung gagak yang liar menjadi jenaka dan santun
dia kembali setidaknya pada bentuk awal kelahirannya
seperti perjanjian tentang kehidupan saat dimusyawarahkan
aku yang bertanya kepada-Nya tentang wujudmu saat itu,
seperti apa dirimu,
dan dimana aku akan menemukanmu.


aku tidak mengundangmu lewat jendela sukmaku
bagiku semua pintu adalah rahasia hidup
dan kegelapan adalah pemberontakan diriku
tapi kau masuk lewat ruang dan waktu yg tak kusadari
dia tidak bisa dirumuskan dengan angka2
dan terlepas dari kotak-kotak analisa

aku mulai menyadari,
tentang maknamu dalam pertapaanku
kau slalu menjadi mitos dalam kalbuku
dan suka menundukkan kepala saat bertemu
kau yang berlari dengan kerudung abu-abu mu
slalu berlalu tampa jejak
lagi-lagi kau menjadi misteri yg mewakili sajak2 Tuhan

aku slalu bertanya
pada kehidupan dan kematian yang berganti
apakah dirimu adalah sabda yang menaklukan perahu kegelapan.?
mungkin dan hanya mungkin,
tapi rasaku lebih yakin dari pada diriku
itu yang membuat aku percaya
bahwa langit dan bumi telah menyatuhkan kita
jiwamu dan jiwaku akan abadi dalam sajak ku
dan dia akan lahir dicakrawala

aku berjanji pada siang dan malam hidupku
aku akan sampai di halaman gubukmu dengan kereta muhasabah
meskipun hanya sekedar ingin bertanya
tentang maknaku dalam sujudmu
aku akan membelai rambutmu dengan belaian muqarabah
karena rasa yg kita miliki adalah diri-Nya
dan akan bermuara kepada-Nya
aku akan mengagumimu dengan syair-syair tafakur

karena bagiku
pertemuan adalah bercumbunya dua rasa dalam doa
dan alunan wirid bagaikan lagu yg mengajak semuanya menari
aku akan menyentuhmu dengan pelukan i'tikad
Karena bagiku
kau adalah sayap-sayap para malaikat
berwujud manusia berkalungkan asmah semest

aku akan mengajakmu keliling halaman langit
bersorbankan istiqomah dengan sajadah zikrullah
agar kau merasa bebas dan yakin
bahwa Tuhan ingin mengajak kita berdiskusi dngan-Nya
tentang kejadian dan tentang makna semuanya
agar kau mengerti kebenaran yg benar
dan kenyataan yang nyata

memikirkanmu adalah anugrah juga derita
anugrah karna aku mengenalmu
derita kalau aku tidak memikirkanmu
begitu adanya
bagaikan kulit dan daging yang membentuk tubuh
penyatuanya yang melahirkan anugrah
aku akan melihatmu diatas tikar2 uzlahku,
Agar aku bisa memaknai setiap senyummu,
senyum yg kau titipkan pada angin dan waktu saat itu
yg terus memburu dan mengejar sadarku
lalu dia membawaku plang kerumah

ya sepeti itulah maknamu yang aku maksud
aku berharap kamu tidak tau
tapi biarkanlah rasamu yg memaknainya
kelak dia akan bermuara dalam telaganya para dewa
dan kuharap kau mau mengajariku tentang hal serupa jua
tentang kesederhanaan bercerita
bagaikan perputaran siang dan malam yang terarah
030215 ( altar pembebasan ).

ma

Ma...
Aku melihat mereka memukuli wajahmu yg cantik,
Aku melihat hubungan yang tampa ikatan,
Aku melihat percintaan tampa asmara,
Aku melihat sanggama yang tak selesai,

Ma..
Aku melihat ciuman2 yang kasar dilehermu,
Aku melihat air mata yang beralasan tetapi tak bertuan,
Aku melihat mereka becerita tentang sandiwara kehidupan,
Aku melihat tatapan tampa kasih sayang.

Ma..
Aku melihat luka memar diwajahmu,
Aku melihat paha mu yg tergores oleh pisau,
Aku melihat baju yg dibuka tampa alamat,
Aku melihat pelukan2 yang terluka,

Ma..
Aku melihat ikatan tampa tanggung jawab,
Aku melihat kemesraan yg beralasan,
Aku melihat mereka ke pusat kota tampa pakaian,
Aku melihat mereka menertawakan keseriusan,
Aku melihat luka yang kunjung terobati.

Ma..
Pertanyaan2 ini terus mengganggu ku,
Berikan aku alasan atau hanya sekedar ocehan
Aku muak dengan ini ma,
Merka menetawarkanku,

ma..
Aku gemetaran di keramaian pertanyaan ini,
Aku kebingungan,
Mereka bagaikan srigala yang menakutkan Ma..
(070215)