Kamis, 31 Juli 2014

Aku dan Makna Ku

kami harus ada,
bahkan kami harus berkembang biak,
bukan karena surga,
ataupun neraka,
tapi karena kehormatan manusia.

malam pasti berlalu,
begitupun pagi akan datang,
pergantiannya menyisahkan kewajaran,
karena kebenaran pasti benar.

kami akan bersama,
berdiri menatap langit,
karena kami ada,
bukan karena potensi wujud,
akan tetapi,

karena martabat manusia.

pertanyaan yang muncul,
dunia yang berbaring,
peti mati yang menunggu,
waktu yang berlalu,
terkadang bagai ilusi,
tapi dia ada dan nyata.

kesamaan antara lahir dan batin,
meneteskan benih keharmonisan,
menumbuhkan masa dimana rasa bertahta,
persoalan wujud menjadi saksi,
bukan karena kematian,
tapi karena hakikat hidup.







karena hidup adalah hidup,
bukan karena memangsa dan dimangsa,
bukan demi langit dan bumi,
akan tetapi,
kita hidup karena hidup adalah alasan.

aku dan pertanyaan makna ku..

Hati terlupakan

Disudut kamar penuh tanya
Tubuhku berbaring mengenangmu
Rangkaian cerita terselip tawa
Laksana pedang tertancap dalam-dalam di dadaku

Sekumtum mawar dari surga
Engkau berikrar dalam sepiku
Membuatku ragu
Kala beranjak pergi

Engkaulah bait-bait keindahan
Tercipta sempurna dalam cinta-Nya
Menjelma dalam raga yang lugu
Dan bertahta dalam syairku

Kini jejakmu entah kemana
Aku tidak tahu
Akankah kau bercerita kembali
Seraya senja bersinar lagi

Kucoba menyapa  mentari
Menunggunya memberi arti
Kenapa engkau berlalu…
Diapun membisu
Hanya tersenyum padaku

Dengan apa aku menyapamu
Bila kau enggan mendengarku
Dengan apa aku memanggilmu
Bila langkahmu kini berlalu

kau bawah pergi harapku
Tak mampu kuberanjak
Bantu aku..
Hati yang terlupakan

Ma..

mak...
aku ingin kembali..
saat semuanya berkata dengan sederhana
tersenyum dengan sederhana
menyapa dengan sederhana
memaafkan dengan sederhana

maaf ma...
bukan maksudku ingin melangkahi-Nya
tapi aku bosan ma..
aku bosan dengan penampakan keadilan yang biadab
dengan lukisan yang bersimba darah
dengan pemikiran yang munafik
dengan sekolah yang membodohkan
dengan jabatan yang menindas mak..

aku rindu padamu ma..
aku ingin membelaimu dalam kehenian
bersama malam yang bisu kita bercerita
bercerita tentang hidup yang fana
bercerita tentang keadilan yang rakus
keadilan yang memilih tuannya karena uang
hummm..
aku masih terjaga mak
karena kau..

setetes surat buat mereka disana..!!
salam damai.

tanya

terkadang aku mengaku manusia padahal aku tidak tahu apa itu manusia
terkadang aku mengaku malaikat padahal aku tidak tahu apa itu malaikat
terkadang aku mengaku iblis padahal aku tidak tahu apa itu iblis
terkadang aku mengaku ustad padahal aku tidak apa itu ustad

aku slalu bilang aku yang terbaik padahal berucap saja aku masih latah
aku slalu bilang aku yang sempurna padahal tersenyum saja masih palsu.

 

....Gelombang Spritual...

Entah apa yang ku perbuat,
hakikat terbeli dengan sepeser uang seribu.
naluriku menjelma menjadi srigala.
mimpi buruk terulang kembali.

aku mengaku manusia padahal aku tidak tahu apa itu manusia.
aku mengaku malaikat padahal aku tidak tahu apa itu malaikat.
aku mengaku iblis padahal aku tidak tahu apa itu iblis.
aku slalu merasa sempurna padahal berucap saja masih latah.
aku mengaku mahsiswa padahal aku tidak tahu apa itu mahasiswa.
aku mengaku kaum intelektual padahal aku tidak tahu apa itu intelekrual.
aku mengaku sarjana padahal aku tidak tahu apa itu sarjana.
aku slalu merasa sempurna padahal tersenyum saja masih palsu.
aku mengaku sang pujangga padahal aku tidak tahu apa itu syair.
aku mengaku seniman padahal aku tidak tahu apa itu seni.
aku mengaku budayawan padahal aku tidak tahu apa itu budaya.
aku slalu merasa sempurna padahal melangkah saja masih tertatih.
aku mengaku kiyai padahal aku tidak tahu apa itu kiyai.
aku mengaku uatad padahal aku tidak tahu apa itu ustad.
aku mengaku orang alim padahal aku tidak tahu apa itu alim.
aku slalu merasa sempurna padahal berteriak saja masih munafik.
aku mengaku beragama padahal aku tidak tahu apa itu agama.
aku mengaku berimana padahal aku tidak tahu apa itu iman.
aku mengaku toleran padahal aku tidak tahu apa itu toleran.
aku mengaku sempurna padahal aku masih bingung siapa diri ini.
aku mengaku pemimpin padahal aku tidak tau apa itu pemimpin.
aku mengaku pejabat padahal aku tidak tahu apa itu jabatan.
aku mengaku seorang wali padahal aku tidak tahu apa itu wali.
aku slalu merasa sempurna padahal aku masih bertanya apa itu hidup..

kini waktupun menertawakan ku.
menertawakan jejak langkahku yang palsu.
entah..

Terulang Kembali

Malam seperti ladang bagiku,
tempat menanam benih-benih cinta
tempat berdiskusi dengan semesta
tempat dimana ragaku menyatu dengan alam

tapi entah mengapa..
malam itu aku merasa, aku bukanlah diriku
langkahku tak berjejak
mimpi yang tercipta kini memudar
tali yang kurangkai ternyata putus oleh gelombang gelap
dan hal itu terulang kembali

aku tak ingin hidup tampa cinta
aku tak ingin mati tampa cinta
aku tak ingin melangkah tampa cinta
aku tak ingin bermimpi tampa cinta
hidup dan mati tampa cinta adalah sebuah kemusyirikan

mencoba bersandar pada hakikat malam
bertanya tentang apa yang dia siratkan
bersama sang sunyi ragaku mencoba menyatu
mencoba menjumlahkan berapa bait yang dia katakan
sunyipun marah dan mengusirku dari keheningan
aku terdampar dalam keramaian yang munafik
apa yang kuperbuat..
ENTAH..

ocehan

aku memanggil mu wahai para leluhur nusantara.
ohh.. sang bima, ksatria dari timur..
ohh.. sanjaya.. ksatria dari peradaban tanah.
ohh.. purnawarman.. satria dari peradaban air.
ohhh.. empu- empu kebijaksanaan..
ohh.. sang mahapatih gajah mada..
ohhh... ksatria la raji yang sederhana.
negeri yang kalian titipkan kini porak-poranda..
anak-anak mu kini meludah diatas merah putih.
pancasila hanya alat politik.

aku memanggil nama mu wahai para pemula, para perintis, para pemberontak, para pencari, para pembaharu..

Nyanyian alam

Mereka memperkosa alam dengan tehnologi..
Menelanjangi semesta dengan pengetahuan,
Bercumbu dengan pelacur-pelacur kapitalis,
Beronani dengan Kekuasaan,

pendidikan hanya melahirkan penindasan,
Agama hanya sebagai pencitraan politik,
Sejarah hanya cerita masa lalu,
budaya hanyalah dongengan para leluhur,

Kaum beragama sibuk dengan penghakiman atas kebenaran.
Politisi sibuk dengan Jas partainya,
pemerintah sibuk dengan kekuasaannya,
aktivis sibuk dengan almamater kemunafikannya,

Mata dewi keadilan buta,
kesejahteraan hanya omong kosong.
Hukum hanya milik kaum bermodal,
kesenjangan sosial sudah sturuktural,
Pembangunan akan raga menjadi tujuan,
Pembangunan akan jiwa terlupakan.
mana mungkin keadilan ada kalau pemimpinnya tidak beradab.
bukan adil dan beradab, tetapi beradab baru kita adil.

Ilmu yang semestinya cahaya, kini menjelma menjadi ganas dan buas.
petunjuk-petunjuk agama hanya sebagai dasar kebenaran pribadi.
Bumi yang slalu menyusui,
langit yang slalu mengayomi,
Pernah kah kita berfikir..?

makna manusiaku

Aku ingin menyapa mu dengan senyuman sederhana..
Kita tersenyum Bukan karena kita kerap bersandiwara,
bukan karena senyuman adalah suatu kedok.
Tapi karena senyuman adalah suatu sikap.
Sikap kita terhadap Tuhan,
terhadap sesama manusia,
terhadap hidup dan juga nasib kita.

Meskipun kita debu,
tapi kita tetap manusia.
Manusia adalah manusia.
Kita juga bagian dari cerita purba.
Kita juga menjadi Panglima semesta.
Dan kita juga mengemban Tugas.

Tugas adalah tugas,
Bukan karena demi surga ataupun neraka,
Tapi kita mengemban tugas karena harkat dan martabat seorang manusia..
Meskipun kita debu,
Tapi kita pernah mengemban itu semua.

kenisbian

Yang hidup harus mati, yang mati haruslah hidup,
begitulah adanya,
supaya semua tetap seirama dalam kewajarannya sebagai abdi,
dalam keharusan untuk keseimbangan semesta,

ada yang datang, ada yang pergi
itu bagian dari keniscayaan
semuanya mengalir,
memberi warna dalam penghambaannya.

air, tanah, udara, tumbuhan,
slalu punya cerita untuk keseimbangan itu.
begitupun anugrah dan bencana,
kalau tidak ada bencana, yaa maka tidak ada anugrah,
kalau tidak ada yang bersedih, yaa tidak ada yang bahagia.

engkau mencinta, engkau dicinta.
ada awal dan ada akhir
ada pertemuan pasti berujung pada perpisahan.
semua berputar pada kewajarannya.

tidak ada yang istimewa karena setiap orang mengalaminya.

yaaa begitulah semestinya keharusan itu

Kau

kau bukanlah Siti Mariam,
bukanlah Cleopatra,
bukan dewi Durga,
bukan Nyai Dasimah,
bukan La Hila,
bukan pula Sarinah,
tapi kau menjadi mitos dalam permulaan sejarahku,
kau bagaikan sansekerta,
yang rumit tapi damai dalam
ragaku,

inginku sederhana,
kita tidak harus seperti Laila dan Majnun,
tidak harus seperti Romeo dan Juliet,
tidak harus seperti Wadu Ntanda Rahi
tidak pula seperti Rama dan Sinta,
atau tidak juga seperti Radha dan Krisna,

kau cukup mengerti,
cintaku telah meruang dan mewaktu..

....Li Bai...

Lorong panjang sllu kau lewati dgn ribuan gelas arak,
Pakaian compang camping bagaikan jubah ungu yg bermahkota emas dan ikat pinggang dewa2,.
Engkau lebih suka dipanggil gila dr pada hrs bersujud pada penidasan.
Kata-katamu bagaikan arak asli dari syurga.
Pantas seorang kaisar membersihkan air liurmu.
Mendinginkan supmu yg masih panas.
padahal..
kau hanyalah rakyat jelata,
menyisahkan hidup dengan bantal debu jananan,
mengaharap syurga dengan secangkir air mati,

namun dibalik jeruji hidupmu,
kau bagaikan alunan semesta,
kecintaanmu pada keindahan membuat kau seperti kaisarnya kehidupan.
kau mampu menaklukan pasukan Barbar dengan selembar kertas.
bukan persoalan kelayakan,
tapi bagaimana kau bersahaja dibalik ketidaklayakanmu.

Krn kau adlh sang dewa terbuang,
Kau adlh sang penyair dr semua penyair.

prahara wujud

Ada yang menyalahkan diri sendiri terhadap suatu keadaan,
Ada yang menyalahkan orang lain,
Ada yang menyalahkan alam semesta,
Dan ada yang menyalahkan Tuhan.
Semua mengalir dalam kewajaran.
Dan Menjadi tradisi dalam penghambaan.

Pada hakikatnya,
Dalam khazanah semesta semua berjalan dalam satu kesatuan.
Kau tidak bisa mengatakan ini benar dan itu salah.
Lantaran kau mengklaim dirimu pantas menjadi hakim kebenaran.
Namun setidaknya,
Biarkanlah jiwamu mengembara,
Melintasi alam manusia,
Alam semesta, alam spiritual, alam ke-Tuhan-nanmu.
Saat jiwamu sampai pada pencarian akan hakikat.
Kau akan menjadi saksi mutlak akan kebenaran itu.

Dan sebanarnya tidak ada yang sia-sia.
Semua mempunyai makna dalam penafsiranmu terhadap sesuatu.
Kebijaksanaan adalah altar para dewa-dewa.
Dan cinta adalah syair sang semesta.

makna waktu

waktu adalah sesuatu yang jelas ada,
berbaring dan terlelap dalam setiap lembaran peradaban,
berjalan dan berhenti adalah sama,
sama-sama sukar untuk mengartikannya,
tapi dia ada dan bahkan bisa membunuh.

waktu terkadang membuat ku menua,
kembali pada masa kanak-kanak ku, 
mengizinkan senyum kembali menyapa,
membiarkan angkara berpesta meriah,
dan akhirnya menguji setiap harapan menjadi nyata.

waktu adalah pelaku hidup,
menyaksikan darah yang bercucuran,
merekam setiap masa silam,
menyaksikan maksud yang tak bertuan,
membumikan teriakan yang menjadi.

waktu adalah teman,
tempat dimana kita berbagi,
mencari dan dicari,
mendiskusikan hal-hal sederhana,
sampai pada masalah yang memecahkan kepala,

waktu adalah guru,
mengajari makna akan hidup,
mengingatkan akan kehidupan dan kematian,
memberi dan diberi,
makna pertemuan dan perpisahan,

waktu adalah cinta,
mengajarkan mencintai dan dicintai,
memberi tampa harapan wujud,
berdamai dengan semesta,
tersenyum kepada hidup,
dan mema'akan sebagai mutiara kehidupan.

waktu adalah kebijaksanaan,
mengajari cara bersyukur,
memaknai mati sebagai awal,
mengajari alasan kenapa menangis,
mengajari kenapa memberi,
sampai pada ajaran tentang kebenaran mutlak.

terkadang waktu begitu sombong,
susah dimaknai,
namun sebenarnya,
waktu adalah kebijaksanaan,

mata rantai di mana semuanya terjadi.

mimpi adalah sebuah harapan,
harapan hanyalah angan2,
dan angan2 akan menjadi nyata apabila waktu merestuinya.

Nestapa

Bulan menjelma menjadi srigala,
mimpi masa silam muncul bagaikan cakra kegelapan,
dalam pertapaan ini dimensi maknaku terpenjara,
hening dan buas tetap dalam keharusan.

kata2 tidak lagi berguna,
semak belukar pengorbanan telah menjadi sampah.
harapan menjadi bayang2,
dan ketegangan muncul bagaikan kedamaian.

Seorang anak yg hina duduk dibawah pohon.
berkatalah dia :
''Tuhan aku mempertayakan keberadaan-Mu,
dalam kesepian ditengah keramaian,
dalam keramaian ditengah kesepian,
aku slalu ditertawakan semesta,
hanya kebencian menjadi alasan.

namun sisi manusiaku menyapa,
Kau slalu punya cerita Tuhan.

keharmonisan

bencilah kepadaku wahai sang malam,
biar penghuni surga malu bahwa mereka melupakan ikrar itu.
marahlah padaku wahai sang angin,
biar dia tau aku slalu berucap tentang nya lewat suaramu..
penjarakan ragaku wahai kegelapan,
biar penghuni neraka muak melihat ku.
bunuhlah keabadianku wahai kehinaan,
biar dia tau bahwa kemerdekaan dikarenakan ketidakmerdekaan..!.

Pertanyaan sukma

Jiwaku tertinggal dipersimpangan waktu,
Cakrawala srigala terbentang dan mengamuk,
Diujung altar pancaroba,
Mataku tak mampu terbuka,
Semua terlihat serba sama,
Dan dia murka sampai ke dasar samudra,
mungkinkah Sebuah awal dan sebuah akhir..!
Entahlah.
dan yg jelas dia adalah kewajaran.

kewajaran waktu

Di ujung persimpangan ketidakpastian,
Diantara gemuruh siang dan malam yg kian memberontak,
Pemangsa-pemangsa semesta berpesta dalam keheningan,
Menertawakan suatu kepastian yang pasti.

Meniduri gadis-gadis perawan,
Memperkosa sendi-sendi kehidupan,
Membungkam kebenaran lewat keadilan,
Dan sampai pada nestapa yang menjadi-jadi.

Bukan tentang nyayian duka,
Bukan tentang peristiwa semesta,
Bagiku duka adalah suka,
Dan suka dan duka adalah kewajaran.

Namun yang disesalkan,
Bagaimana yang terjadi kau anggap salah dan benar,
Salah dan benar memang suatu keharusan,
Akan tetapi,
Bukankah kalau tidak ada yang salah maka tidak ada yang benar.

pemaknaan akan kabaikan adalah benar,
pemaknaan akan keburukan adalah benar.
Karena kebaikan dan keburukan sama saja.!!
Entahlah.

Ikrar Perlawanan

Disana ada segelintir pemuda yang melewatkan malam terindah itu dengan kecupan mesrah..
Tapi disini ada ribuan balisan pemuda yang siap mengetarkan cakrawala..
dan kami ada dimana2, 
waspalah..karena kami adalah SATU..

Ilusi wujud

Aku adalah srigala liar dipersimpangan waktu.
Aku adalah sampah diselokan jaman,
Aku adalah comberan peradaban,
Aku adalah martabat bangsa yg compang-camping.

Aku adalah buih dari kutukan para leluhur,
Aku adalah reingkarnasi dari perjanjian hitam masa silam,
Aku adalah rahwana,
Aku adalah sakuni.

Aku adalah kenakalan yg teruz menjadi,
Aku adalah coretan hitam dlm bait Tuhan -ku,
Aku adalah aroma2 busuk yang tersimpan lama dan menyiksa,
Aku adalah cengkrama yg tak pernah usai.

Namun,
Aku ingin berbuat sesuatu dlm hidup,
Bukan karena hidup demi syurga ataupun neraka.
Tapi Karena hidup adlah suatu kehormatan,
Kehormatan akan tugas dan kewajiban sebagai manusia.

Rayuan Semesta

Kau yang terlihat dibalik cakrawala,
Mempesona dan menari di semesta,
Tersenyum sederhana meski angin menerpa,
Terlihat jelas keringat api yang bercucur diwajahmu.

Baju putih yang kau tanggalkan ditubuhmu,
Menebarkan aroma kasturi dari syurga,
Sepatu permata yang kau ikatkan di kakimu,
Bagaikan alunan kewibawaan yg merona.

Bagaimana aku bisa beranjak,
kalau waktu slalu menuntunku mengingat mu,
Meski aku sedang bersama gadis sebrang,
Tapi sukma mu terpenjara dlm kalbu ku.

Kedua partikel Tuhan menyatu dan bernyanyi,
Aku tidak mungkin memberontak terdapat rahmat itu,
Walau terkadang waktu sangat sinis menyapaku,
Meskipun beribu mantra kebencian merayuku.
Aku tetap melayangkan sajak kepada sang malam.

Ahhh..
Kewajaran bertutur,
Kesahajaan dlam bertingkah,
Kemanjaan yang terbungkus kewibawaan,
Pesona ayu yang semerbak,
Membuat sekumtum mawar layu bersanding dengan mu.

Aku hanya bisa tersenyum dan tersipu,
Saat rambut mu bergurai,
Kau yg sllu membunuh sadar ku,
Mengingatmu adalah keharusan,
Menafsirkanmu adalah kebenaran.

kehidupan adalah awal,
Dan kematian adalah awal,
aku memaknai mu sebagai awal dari kehidupan dan kematianku.

Semoga saja kau tidak tuli.
.. Rayuan semesta...

Rasa

Terkadang Kita tiba pada suatu Masa dimana Rasa tak punya Nama.
Ia menjelma dalam bentuk yang tak sempurna, bersama aliran darah.
Memenuhi rongga diselingi pinta, 

bertemankan Suara entah Nafas atau sekedar kuasa untuk Hadir pada Ruang yang hampa.

Entah mengapa Ia seketika hadir dan menyapa. Menghentak Alam sadar di antara canda dan tawa.

Rasa adalah akumulasi 'senyawa' yang dititipkan Tuhan untuk meneguhkan kuasanya

Tapi meski tak Ber-Nama, namun Rasa ini Tetap memaksa untuk di-'aqiqah' dan kemudian diberi nama.

Namun apa ada, ..
Sang insan hanya menjalani kehendak dalam suatu Narasi besar sang Narator Abstrak.

Ia butuh Cinta, namun yang hadir hanya Aksennya.
Ia mengharap Sayang, namun yang muncul hanya bayang.

Sang Insan tetap menapakinya meski kian tak bertema.
Ia seolah terlahir dimasa akhir ketika semua telah menyentuh titik Nadir.

Sang Insan pun tersadar bahwa elegi dalam Cita dan Cinta hanya hampa ditengah kenisbian cerita.

Kaki yang terjejak serasa membuatnya tak mampu beranjak pada suatu Cerita selanjutnya.

Jalanan yang biasa menjadi saksi jejaknya kini seolah asing dalam kegaringan orasi yang garang.

Ia tak bisa lagi membedakan mana Suara Asli dan Pengerasnya.
Seperti Spanduk dan legalitas aksinya.

kesaksian ku antara siang dan malam

Aku melihat sukma ku menari ke kehenian malam,
aku menyaksikan sepasang kelelawar bersenggama di dalam gua,
Aku mendengar bisingan angin menerpa daun gelingaku,
aku merasakan dingin memeluk dan menampar muka ku.

Rasa menjelma menjadi sesuatu yang nyata,
begitupun cita dan cinta menciumi kapalaku,
ketika dia menuntut utk di nyatakan,
buku narasiku mengigil ketakutan,
dan malampun tak kuasa menolaknya.

Dia adlah kenyataan yang nyata,
dia adlah ikrar yang mengetarkan cakrawala,
dia adlah sesuatu yang tak terduga,
namun terduga makna nya.

kesaksianku di antara siang dan malam.

makna

Dedaunan yang jatuh,
kelelawar mencari makan dimalam buta,
burung kenari bersiut merdu dipagi hari,
mentari melabelkan tahtanya disiang nirwana,
senja disore hari,
pepatah orang tua diselangkangan zaman.

perjanjian awal yang berakhir,
tatapan merendah yg damai,
kata yg terucap pancaroba,
kesengajaan yang disegaja,
kewajaran yang tidak wajar,
belenggu bayang2 yang terbayang.

senyum sederhana yang terbalaz,
duduk berdampingan yang bersahaja,
percakapan batin yang bermakna,
dinamika spiritual yg terjaga,
ajaran syurga yang diajari,
kematian yg disadari.

kemarin adlah masa silam,
hari ini adlh kenyataan,

masa depan adalah harapan.