Minggu, 15 Februari 2015

Orang Tua di Dalam Asta

Aku adalah orang tua renta,
Yang ditertawakan Zaman
Bau tanah yg menempel di tubuhku,
Membuat kalian malu dan menertawakanku


Aku adlh orang2 dlm perjalanan
Hingga sampai dihadapan para wali Tuhan
Aku Mengangkt kedua tanganku
Krn hanya ini yg kubisa,
Jika Aku berteriak pasti mereka menghinaku
Aku hnya bisa berkata dan menesteskan air mata
“Negeri ini sedang berduka dan pemuda adlh jawaban”

Sajak yang terputus.

Aku malu mengatakan diriku seniman,
karena setiap tangan, kaki, mulut, telinga, dan hatiku bermakna pada kemungkaran dan kemunafikan.
Aku malu mengatakan diriku penyair,
karena setiap sajak yg aku tulis hanyalah tentang amarah dan dendam.
Aku malu mengatakan diri adalah Aku,
Karena setiap bukti yang terlihat adalah mereka.
 

Aku malu untuk bernafas,
Karena hanya asap2 penindasan yang terhembus,
Aku malu terhadap makna ku,
Karena semua masih tertutup dengan kegelapan.

Aku malu mengatakan perlawanan,
karena hasratku adalah hasrat penguasa,
aku malu untuk merubah,
karena teriakanku adalah kebohongan,

aku malu melarang mereka bertengkar,
karena diriku saja masih bertengkar dengan amarah.
Aku malu terhadap yg ku tahu,
karena yang ku tahu itu hanyalah untuk menindas.
aku malu untuk menyampaikannya,
karena yg ku sampaikan masih bernilai ganti rugi semata.
Pertapaan sukma di senja kehidupan.
perjalan ke timur 260115." Buku perjalan hlm 20".

Sajak secangkir kopi dan sebatang rokok.

Kau telah mengajariku bagaimana bersyukur dikala pagi datang,
Mengajariku bagaimana ber-Tuhan,
Bagaimana berjuang,
Bagaimana kesetiaan dan cinta,


Kau ku hisap lagi
Dan kebebasan terhembus perlahan bersatu dgn rintik embun ini,
Keyakinan ku memuncak,
Saat wajah mu yg jelita bermuara dlm gelas kopiku,
Kau berdandan ala putri mahkota,
Membuat kopiku bagaikan sajak di semesta kehidupan

aku memandangmu dan kau juga menebar senyum kepadaku,
ahh.. parasmu yg membuat setiap senja dihidupku tak pernah redup,
Kesederhaanmu bagaikan purnama yg tergantung dibusur kapalaku,
Bagaimana mungkin aku bisa beranjak.

Kau yg sering kupanggil tapi malu2,
Tersenyum dibalik asap yg ku hembus,
Kau tertanam bagaikan janji langit kepada manusia,
Tentang penyatuan yg mutlak

Bila semua keadaan tidak lagi menjadi imam hidup,
Mereka tidak lagi memanggilmu dengan nurani,
Pertapaan2 berbuah kerdil dan rakus,
Kutuklah aku wahai semesta,
Kutuklah menjadi ksatria,
Biar gunung dan laut percaya bahwa kita memang layak.

Sekitat jam 7.00
Kau ku minum lagi,
Sembari menerawang tentang auramu yg mempesona,
Aku malu,

Karena aku tidak bisa pergi dan menjauh
Bagiku kau tidak hanya sebatas kawan hidup,
bukan sekedar teman untuk diajak bercanda dan serius,
Tapi kau guru dalam setiap perjuanganku,
Begitu juga dengan dirimu.
1-2-15 (altar pembebasan).

hanya malamyg benar2 mampu

Hanya malam yg benar2 mampu,
Bukan sebait sajak para dewa
ataupun sebuah janji yg kuberikan,
Bukan mawar ataupun melati
Akan tetapi sebuah hidup yang hidup,
Sebuah makna akan kebenaran.

Jangan mempercepat laju waktu,
jangan pula memperlambatnya
Bersabarlah dlm pangkuan penantian,
Karena kami pasti pulang,
Dan mengajakmu bercanda dlm surgaku.
Setidaknya kira2 begitu.
Antara kehidupan dan kematian.

Tentang Anak Rasa.


burung gagak yang liar menjadi jenaka dan santun
dia kembali setidaknya pada bentuk awal kelahirannya
seperti perjanjian tentang kehidupan saat dimusyawarahkan
aku yang bertanya kepada-Nya tentang wujudmu saat itu,
seperti apa dirimu,
dan dimana aku akan menemukanmu.


aku tidak mengundangmu lewat jendela sukmaku
bagiku semua pintu adalah rahasia hidup
dan kegelapan adalah pemberontakan diriku
tapi kau masuk lewat ruang dan waktu yg tak kusadari
dia tidak bisa dirumuskan dengan angka2
dan terlepas dari kotak-kotak analisa

aku mulai menyadari,
tentang maknamu dalam pertapaanku
kau slalu menjadi mitos dalam kalbuku
dan suka menundukkan kepala saat bertemu
kau yang berlari dengan kerudung abu-abu mu
slalu berlalu tampa jejak
lagi-lagi kau menjadi misteri yg mewakili sajak2 Tuhan

aku slalu bertanya
pada kehidupan dan kematian yang berganti
apakah dirimu adalah sabda yang menaklukan perahu kegelapan.?
mungkin dan hanya mungkin,
tapi rasaku lebih yakin dari pada diriku
itu yang membuat aku percaya
bahwa langit dan bumi telah menyatuhkan kita
jiwamu dan jiwaku akan abadi dalam sajak ku
dan dia akan lahir dicakrawala

aku berjanji pada siang dan malam hidupku
aku akan sampai di halaman gubukmu dengan kereta muhasabah
meskipun hanya sekedar ingin bertanya
tentang maknaku dalam sujudmu
aku akan membelai rambutmu dengan belaian muqarabah
karena rasa yg kita miliki adalah diri-Nya
dan akan bermuara kepada-Nya
aku akan mengagumimu dengan syair-syair tafakur

karena bagiku
pertemuan adalah bercumbunya dua rasa dalam doa
dan alunan wirid bagaikan lagu yg mengajak semuanya menari
aku akan menyentuhmu dengan pelukan i'tikad
Karena bagiku
kau adalah sayap-sayap para malaikat
berwujud manusia berkalungkan asmah semest

aku akan mengajakmu keliling halaman langit
bersorbankan istiqomah dengan sajadah zikrullah
agar kau merasa bebas dan yakin
bahwa Tuhan ingin mengajak kita berdiskusi dngan-Nya
tentang kejadian dan tentang makna semuanya
agar kau mengerti kebenaran yg benar
dan kenyataan yang nyata

memikirkanmu adalah anugrah juga derita
anugrah karna aku mengenalmu
derita kalau aku tidak memikirkanmu
begitu adanya
bagaikan kulit dan daging yang membentuk tubuh
penyatuanya yang melahirkan anugrah
aku akan melihatmu diatas tikar2 uzlahku,
Agar aku bisa memaknai setiap senyummu,
senyum yg kau titipkan pada angin dan waktu saat itu
yg terus memburu dan mengejar sadarku
lalu dia membawaku plang kerumah

ya sepeti itulah maknamu yang aku maksud
aku berharap kamu tidak tau
tapi biarkanlah rasamu yg memaknainya
kelak dia akan bermuara dalam telaganya para dewa
dan kuharap kau mau mengajariku tentang hal serupa jua
tentang kesederhanaan bercerita
bagaikan perputaran siang dan malam yang terarah
030215 ( altar pembebasan ).

ma

Ma...
Aku melihat mereka memukuli wajahmu yg cantik,
Aku melihat hubungan yang tampa ikatan,
Aku melihat percintaan tampa asmara,
Aku melihat sanggama yang tak selesai,

Ma..
Aku melihat ciuman2 yang kasar dilehermu,
Aku melihat air mata yang beralasan tetapi tak bertuan,
Aku melihat mereka becerita tentang sandiwara kehidupan,
Aku melihat tatapan tampa kasih sayang.

Ma..
Aku melihat luka memar diwajahmu,
Aku melihat paha mu yg tergores oleh pisau,
Aku melihat baju yg dibuka tampa alamat,
Aku melihat pelukan2 yang terluka,

Ma..
Aku melihat ikatan tampa tanggung jawab,
Aku melihat kemesraan yg beralasan,
Aku melihat mereka ke pusat kota tampa pakaian,
Aku melihat mereka menertawakan keseriusan,
Aku melihat luka yang kunjung terobati.

Ma..
Pertanyaan2 ini terus mengganggu ku,
Berikan aku alasan atau hanya sekedar ocehan
Aku muak dengan ini ma,
Merka menetawarkanku,

ma..
Aku gemetaran di keramaian pertanyaan ini,
Aku kebingungan,
Mereka bagaikan srigala yang menakutkan Ma..
(070215)