Minggu, 15 Februari 2015

Tentang Anak Rasa.


burung gagak yang liar menjadi jenaka dan santun
dia kembali setidaknya pada bentuk awal kelahirannya
seperti perjanjian tentang kehidupan saat dimusyawarahkan
aku yang bertanya kepada-Nya tentang wujudmu saat itu,
seperti apa dirimu,
dan dimana aku akan menemukanmu.


aku tidak mengundangmu lewat jendela sukmaku
bagiku semua pintu adalah rahasia hidup
dan kegelapan adalah pemberontakan diriku
tapi kau masuk lewat ruang dan waktu yg tak kusadari
dia tidak bisa dirumuskan dengan angka2
dan terlepas dari kotak-kotak analisa

aku mulai menyadari,
tentang maknamu dalam pertapaanku
kau slalu menjadi mitos dalam kalbuku
dan suka menundukkan kepala saat bertemu
kau yang berlari dengan kerudung abu-abu mu
slalu berlalu tampa jejak
lagi-lagi kau menjadi misteri yg mewakili sajak2 Tuhan

aku slalu bertanya
pada kehidupan dan kematian yang berganti
apakah dirimu adalah sabda yang menaklukan perahu kegelapan.?
mungkin dan hanya mungkin,
tapi rasaku lebih yakin dari pada diriku
itu yang membuat aku percaya
bahwa langit dan bumi telah menyatuhkan kita
jiwamu dan jiwaku akan abadi dalam sajak ku
dan dia akan lahir dicakrawala

aku berjanji pada siang dan malam hidupku
aku akan sampai di halaman gubukmu dengan kereta muhasabah
meskipun hanya sekedar ingin bertanya
tentang maknaku dalam sujudmu
aku akan membelai rambutmu dengan belaian muqarabah
karena rasa yg kita miliki adalah diri-Nya
dan akan bermuara kepada-Nya
aku akan mengagumimu dengan syair-syair tafakur

karena bagiku
pertemuan adalah bercumbunya dua rasa dalam doa
dan alunan wirid bagaikan lagu yg mengajak semuanya menari
aku akan menyentuhmu dengan pelukan i'tikad
Karena bagiku
kau adalah sayap-sayap para malaikat
berwujud manusia berkalungkan asmah semest

aku akan mengajakmu keliling halaman langit
bersorbankan istiqomah dengan sajadah zikrullah
agar kau merasa bebas dan yakin
bahwa Tuhan ingin mengajak kita berdiskusi dngan-Nya
tentang kejadian dan tentang makna semuanya
agar kau mengerti kebenaran yg benar
dan kenyataan yang nyata

memikirkanmu adalah anugrah juga derita
anugrah karna aku mengenalmu
derita kalau aku tidak memikirkanmu
begitu adanya
bagaikan kulit dan daging yang membentuk tubuh
penyatuanya yang melahirkan anugrah
aku akan melihatmu diatas tikar2 uzlahku,
Agar aku bisa memaknai setiap senyummu,
senyum yg kau titipkan pada angin dan waktu saat itu
yg terus memburu dan mengejar sadarku
lalu dia membawaku plang kerumah

ya sepeti itulah maknamu yang aku maksud
aku berharap kamu tidak tau
tapi biarkanlah rasamu yg memaknainya
kelak dia akan bermuara dalam telaganya para dewa
dan kuharap kau mau mengajariku tentang hal serupa jua
tentang kesederhanaan bercerita
bagaikan perputaran siang dan malam yang terarah
030215 ( altar pembebasan ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar