Sabtu, 01 Agustus 2015

KEBENARAN


Penerawanganku akan wajar ketika menatap-Mu,
Kembali menjadi nyata tatkala Kau berkata,
Dunia adalah nestapa,
Tempat dimana air mata dan derita berpesta,
Dimana langit dan bumi bercumbu,
Tertawa dan beranak.

Memaknai-Mu menjadi hak nurani ku,
Meskipun sampai dipertigaan samudra,
Engkau tetap satu dalam pertapaan-Ku,
Bukan karena kewajiban yang kumaksud,
Ataupun karena harapan,
Akan tetapi,
Karena kodrat akan keharusan yang wajar.

Ini tentang kanyataan yang nyata,
Yang berbaring lama dalam kelopak surga,
tak pernah dijamak oleh nurani,
dan menjadi bisu dan kaku,
Dia adalah kebenaran yang benar,

Berbagi maksud dari perkataan langit,
Memaksa sang penakluk untuk bersajak,
Biarpun sederhana terlihat,
Tapi dia menjadi kenyataan dari setiap perkataan,
Menjadi ibu dari setiap kelahiran,
Dan menjadi awal dalam setiap kejadian.

Aku tidak menolak setiap kedatangan-Nya,
Karena dia adalah hakikat dari maknaku,
Biarkan dia menyapa,
Karena Dia tidak menjauh dan tidak pergi,
Aku hanya membukanya dengan sujud.
Dan berkata ini kebenaran.

Dia tidak memaksa ku,
Berada dalam sadar ataupun tertidur,
Dia bukanlah majikan yang menjadikanku budak,
Tapi ini adalah laksana “aku kelaparan dan aku akan makan”
Begitu aku dengan-Nya,
Tidak banyak yang kutau,
Dan hanya rasa yang memaksaku berkata,
Bahwa inilah kebenaran.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar