Minggu, 03 Agustus 2014

KEBENARAN APA YANG KITA TERIAKKAN




wahai para ksatria negeriku,
tengoklah mereka dibalik menara itu,
dibawah kolom bangunan,
dipersimpangan jalan raya,
di emperan selokan zaman,
disudut-sudut gua dalam perkotaan.

Sarjana yang menganggur,
Orang tua berjalan tertatih-tatih,
Seorang ayah keluar dipagi buta,
Ibu memasak batu didapur,
Anak menangis karena kurang gizi,
Nestapa yang menjadi,
Mimpi malam yang terusik

Bangunan megah yang berpenghuni,
Gubuk air mata di lorong kota,
Makanan para raja negeri sebrang,
Karya negeri yang menangis,
Bakti yang terbeli,
Mimpi yang terpangkas,

Keadilan hanyalah mitos dlm penghambaan kami,
Kebenaran hanyalah ilusi para penguasa,
Yang bisa dimainkan tampa nurani,
Jangan bilang dirimu adil kalau hanya melihat berdasarkan warna sosial,
Jangan bilang dirimu adalah kebenaran kalau kamu membunuh kebenaran.

Kami hanyalah rentetan kaum hina,
Melata dimegahnya istana,
Mencari makna akan hidup yang misteri,
Berkata dan teriak karena kami tidak tahu,
Berdiam dan membisu karena kami malu dan ketakutan.

Kebenaran macam apa yang kita tegakkan,
Apakah kebanaran yang memanusiakan,
Ataukah kebenaran penindasan.?
Semua serba mitos dalam pemaknaan kami,
Sujud dan pertapaan itu terhempas begitu saja.

Yang kami tau,
Kebenaran tidak akan pernah mati,
Meski kau bakar dengan kekuasaan,
Tapi dia akan slalu hidup disetiap bait zaman,
Meski kau meludahi dengan kebijakan,
Tapi dia akan slalu tumbuh dipangkuan seorang ibu.

Yang kami tau,
hidup adalah perjungan,
Perjuangan dalam drama pilu negeriku,
Drama yang dibuat bahkan  dipesan oleh cukong berdasi,
Demi apa dan bagaimana,
Kalianpun lebih tau itu,

Yang kami tau,
Ilmu bagaikan cahaya,
Menjadi harapan dalam kegelapan,
Laksana air dalam kehausan,
Memberi dan bermakna adalah keharusan.

Akan tetapi,
Makna cahaya itu samar,
Dan kami di hantui setiap terjaga dan terlelap,
Kami bingung karena kami hina dan tidak tau,
Apakah cahaya itu sebagai alat pembebasan atau penindasan.?

Makna-makna klasik itu akankah slalu terjaga,
Dulu kita takut pada seorang raja dan kaisar,
Tapi sekarang kita hanya tunduk dan takut pada kebenaran dan cinta.
Akan tetapi,
Kebenaran macam apa yang kita teriakkan.?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar