Jumat, 01 Agustus 2014

Aku dan hitamku

Angin membawa petuah sang malam,
 membujuk sepi yang makin menjadi,
tersirat maupun tersurat bagiku sama saja,
semua serba membingungkan,
karena kegelapan wujudku makin tak bertuan.

kesekian kalinya aku mencoba lagi,
mencari hakikat akan hidup,
bukan suatu kepastian memang,
 ataupun suatu kewibawaan wujud semata,
akan tetapi keharusan sebagai manusia.

malu dan takut merayu sepanjang sadar,
seakan menyatu dengan sel saraf,
menuduhku dan memenjara sukma ku,
gelombang gelap bersemayam lagi.

langkah kini terjelma dlm rupa yang semu,
mulut berbusa memuntahkan percikan darah,
penglihatan hanya bermakna angkara,
meraba dan merasa bukan seperti seharusnya,
aku hilang dan membual.

terlepas dari wujud angkara ku,
aku adalah aku,
menusia dengan banyak kata ma'af,
terkadang terjebak dalam gua,
menelusuri hutan belantara,
menerawang semesta,
karena aku biasa dan terbiasa akan kewajaran itu.

aku memang debu,
maknaku hilang,
terpenjara di singgasana waktu,
tapi aku biasa dan terbiasa akan biasa ku,
aku adalah sejarah,
dan bagian dari martabat manusia.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar