Rentetan waktu yang kian menghimpit,
Garis kehidupan terus berjalan wajar,
Kematian mengawasiku dari setiap sudut kehidupan,
Terkadang gelisah juga tak menghiraukan,
Tapi segumpal daging itu slalu menjadi teman,
Disetiap perjalan yang dimkasud.
Dapur belakang rumah masih gelap,
Aku harus membuatnya terang,
Karena disitulah semua kehidupan diajarkan oleh ibu,
Bagaimana menjadi manusia yang semestinya,
Bagaimana tentang kehidupan,
Bagaimana tentang kematian,
Dan bagaimana tentang cinta.
Para tetangga mengeluhkan tentang keresahan hidup,
Hanya beberapa dari setiap pertayaan yang muncul,
Dari semua keresahan yang tercipta,
Para bangsawan juga mengeluhkan tentang hidup,
Meskipun berbaju permata,
Para petani juga mengeluhkan tentang hidup,
Begitu juga dengan anak jalanan
Dan ternyata,
semuanya tak selesai disebatang rokok dan secangkir kopi,
kehidupan terlalu berlebihan terhadap mereka,
bagaimana mungkin kita akan merdeka,
kalau mereka masih tidur dibawah jembatan,
jangan bicara soal keadilan,
karena keadilan iu tabu dan membingungkan,
mari bicara tentang kemanusiaan,
Ternyata kita mengabiskan kopi kau hanya terdiam,
Bagaimana mana mungkin jawaban itu ada,
Kalau kau menutup telinga dan hatimu.
Gubuk ini menjadi saksi,
Kita berdua menertawakan suatu keadaan,
Meski terkadang menangisi kehidupan juga,
Kau hisap dalam-dalam rokokmu,
Dan kau bertanya pada keadaan,
Apakah semua beralasan,
Dan kenapa kita menangisi hidup,
Ternyata semua masih sama tidak terselesaikan,
Rokok dan kopi pun tak mampu.
Aku memandangmu dengan mata yang tajam,
Masih terlihat jelas kerumitan di wajahmu,
Meski asap kehidupan menempel tebal di keningmu,
Kau masih bertanyaan atas keresahan ini,
Bukan saja kita yang bertanya,
Rokok dan kopi pun ikut bertanya,
Bagaimana mungkin tidak,
Kenyataan ini terlalu drama,
Memaksa para aktor berpesta tampa analisa,
Berpose dan telanjang di setiap keadaan.
Ayolah kita sudahi dulu malam ini,
Besok kita sambung lagi,
Karena terkadang hukum akan hidup dan juga mati,
Begitu juga keadilan,
Dan pasti kita akan terus bertanya,
Meskipun berbenturan dengan baja para bangsawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar